Sabtu, 07 Mei 2016

Harkat Derajat dan Martabat



Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pengertian dari Harkat adalah nilai manusia sebagai mahluk Tuhan YME, yang dibekali daya cipta, rasa, dan karsa serta hak - hak dan kewajiban asasi manusia, Pengertian Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat, dan Pengertian Derajat adalah tingatan martabat dan kedudukan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME, yang memiliki kemampuan kodrat, hak dan kewajiban asasi.

Harkat dan Martabat Manuasia membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di seluruh alam semesta, dimana Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yang mengandung butir-butir bahwa manusia adalah: a) makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya; b) makhluk yang tertinggi derajatnya; c) makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuahn Yang Maha Kuasa; d) khalifah dimuka bumi; dan e) pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM)

Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu : 
1) Demensi kefitrahan
2) Dimensi keindividualan
3) Dimensi kesosialan
4) Dimensi kesusilaan; dan
5) Dimensi keberagamaan

Kata kunci untuk dimensi kefitrahan adalah kebenaaran dankeluhuran, dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan adalahkomunikasi dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral, dan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan, saling terkait dan berpengaruh. Pada dasarnya menyatu, berdinamika dan bersinergi sejak awal kejadian individu, sampai akhir kehidupannya. Kelima menuju kepada perkembangan individu menjadi “manusia seutuhnya”

Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, manusia dikaruniai lima jenis bibit yang dalam hal ini disebut Pancadaya, yaitu: (1) Daya cipta, (2) Daya karsa, (3) Daya rasa, (4) Daya karya, dan (5) Daya taqwa. Pancadaya menjadi sisi hakiki dari keseluruhan dimensi kemanusiaan. Dalam kajian, pancadaya dimanifestasikan sebagai intelegensi rasional, intelegensi social, intelegensi emosional, intelegensi instrumental, dan intelegensi spiritual.

Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Tinggi Derajatnya. Manusia memiliki jiwa dan raga. Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini ialah bahwa manusia mesti mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah. Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan. Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifatnya (sifat-sifat ruhnya), bukan melalui raganya.

Karena ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya. Demikian pula, jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya. Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.

Manusia Adalah Khalifah Dimuka Bumi. manusia sebagai makhluk yang sangat lemah, disisi lain dinobatkan sebagai "khalifah" (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya. Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia.

Dalam dunia pendidikan,manusia telah ditugaskan untuk memakmurkan, mengelola atau mengatur kehidupan dibumi,untuk dimanfaatkan bagi kehidupan,tanpa merusak tatanan dan keharmonisannya. Artinya manusia ditugaskan untuk membimbing generasi kini dan yang akan datang, serta menjalin keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Makhluk Yag Beriman Dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan Pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan sikap takwa. Dengan demikian pendidikanditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan po­tensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang takwa. Di antara ciri mereka yang takwa adalah beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekianugerah Allah, beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab samawi sebelum al­Quran, serta keyakinan kehidupan akhirat (QS. 2:3).


Berfikir Negatif Mampu Menimbulkan Berbagai Penyakit



     Ada banyak dunia dan tingkatan di alam semesta kita. Dunia kita disebut dunia fisik, dimana segalanya dapat dilihat, dipegang, disentuh atau diambil. Ada dunia-dunia lain yang diciptakan oleh pikiran, yaitu dunia yang sangat dekat dengan dunia astral. Biasanya, pemikiran kita masih dalam tingkatan rendah yaitu dengan berpikiran positif dan negatif atau biasanya disebut masih berstandar duniawi. Pikiran-pikiran ini akan melayang ke tempat terdekat, ke dunia astral dimana kita sebut suasana.
      Kadang kita mengidap penyakit atau terinfeksi, atau bencana alam, perang atau malapetaka datang menimpa kita, semua ini diciptakan oleh pikiran-pikiran buruk dari penduduk dunia. Jadi kita seharusnya tidak perlu mengeluh, “Saya adalah orang yang saleh dan telah berbuat baik sejak kecil. Mengapa saya bisa mendapat penyakit yang tidak dapat disembuhkan ini?” Tak peduli apa pun yang terjadi, kita tidak perlu beralasan. Kita penduduk dunia pernah atau memiliki pikiran-pikiran buruk.
Meskipun pikiran-pikiran buruk itu ada hanya beberapa saat saja dan kita tidak melakukannya ke dalam tindakan, tapi energi pemikiran itu ada, dan energi ini seperti memiliki kecerdasan dan pengetahuannya sendiri, dimana kita sebut elemen-elemen. Pikiran tidak memiliki jiwa sehingga tidak ada kuasa Tuhan. Pengetahuan disamakan seperti sebuah komputer, dimana tidak berjiwa tapi dapat menghitung secara logika.
Namun, pikiran-pikiran yang salah dan buruk itu lebih kuat dari sebuah komputer. Kita dapat menghancurkan sebuah komputer tapi sangat sulit untuk menghilangkan sebuah pikiran buruk. Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, pikiran-pikiran itu tetap saja ada, ia terkumpul bersama pikiran-pikiran lain yang bermedan magnetik serupa, dan cepat atau lambat, mereka akan mencari kesempatan untuk meledak dan mengeluarkan energi mereka.
Jika kita berhenti menggunakan komputer atau jika kita menggunakannya terlalu lama, ia akan rusak sendiri atau papan ketiknya rusak, dan semua data yang tersimpan tiba-tiba saja hilang. Tapi tidak ada cara untuk menghilangkan pikiran-pikiran buruk. Pikiran-pikiran ini tidak dapat menghilang sendiri. Sekali saja pikiran-pikiran tercipta, mereka akan terus ada dan berkembang dalam suasana di sekeliling kita, Bumi kita, negara kita, desa-desa dan kota-kota. Mereka akan menciptakan penyakit, bencana, atau perang.

Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah



Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidak muncul dengan sendirinya seperti yang telah tertulis dalam al-Quran surat al-Alaq ayat 2yang menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah dari segumpal darah;Al-Quran surat ai-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah;Ai-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia.Masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yng menjelaskan bahwa yang menjadikan manusia adalah Tuhan.

Manusia diturunkan kebumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau pelengkap dibumi semata,tapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,peran dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir kedunia yang luar biasa ini.Salah satu perannya adalah manusia sebagai khalifah dibumi.Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang khalifah dibumi,karena manusia merupakan makhluk yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya.Mereka dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara-cara mereka sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

Khalifah dan khulafa (jamak) secara bahasa artinya wakil atau pengganti atau orang yang menggantikan orang yang sebelumnya.Al-Quran menyebut kata khalifah dalam surat al-Baqarah :30 dan shad :26, khulafa' (3 kali : al-A'raf : 69,74 ; an-Naml :62), khalaifa (4 kali : al-An-am :145 ; Yunus :14,73 ; fathir : 39) dan masih banyak ayat yang lain yang menyatakan kata bentuknya. Semua dinyatakan dalam arti bahasa, yakni pengganti yang menggantikan umat atau pemimpin terdahulu; menggantikan malaikat untuk mengurus bumi atau mendapat amanah dari Allah untuk mengelola bumi.

Menurut istilah yang lebih khusus lagi pada kekuasaan, berarti orang yang dipilih oleh jama'ah menjadi pemimpin mereka. Khalifah menurut sejarah ialah kepala pemerintahan islam pada zaman sahabat, yaitu dengan bai'at sebagai pernyataan setia dari penduduknya dengan jalan pilihan.
Di zaman serba modern ini tanggung jawab manusia khususnya sebagai khalifah hampir semua orang meninggalkannya. Manusia melupakan tugas dan tanggung jawab dari aslinya dengan membengkokon kearah-arah yang negatif.

Manusia dalam melakukan kerja kebudayaan memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan diantara berbagai macam kemungkinan. Tetapi kebebasan itu tidak bebes begitu saja,dalam artian bebas dalam batas tertentu terhadap hak orang lain. Kondisi ini digambarkan pada masa lalu,terdapat rebutan lahan diantara dua penguasa. Mereka mempermasalahkan batas wilayah yang tidak henti-hentinya. Thomas Hobbes menyebutnya sebagai homo homini lopus, artinya manusia adalah serigala bagi manusai yang lain. Persoalan rebutan wilayah itu mungkin kalau sekarang seperti persoalan antara Israel dan Palestina yang selalu bermusuhan karena berebutan wilayah.

Hal tersebut dapat terjadi karena tanggung jawa manusia sebagai khalifah/pemimpin telah musnah. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi, tidak peduli lagi akan tanggung jawab sebagai seorang khalifah, tidak peduli akan kebenaran kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapus kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.


Jumat, 06 Mei 2016

Dipertanyakannya Fungsi DPR bagi Masyarakat



Secara teoretik, bahwa anggota DPR memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka untuk menghasilkan produk hukum yang berbasis pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Sebagai lembaga legislative, DPR memang memiliki wewenang untuk membuat aturan perundang-undangan yang semuanya ditujukan untuk kepentingan masyarakat.  Semuanya merupakan bagian dari wewenang DPR dalam menghasilkan produk legislasi. Sebagai bagian dari pilar demokrasi, maka DPR sesungguhnya memiliki wewenang strategis. Bisa dibayangkan bahwa negara harus melakukan kebijakan-kebijakan yang berada di jalur aturan-aturan yang sangat ketat dan itu semua sangat tergantung kepada bagaimana DPR berperan.  Makanya, jalannya pemerintahan juga akan menjadi baik, jika semua produk hukum yang dihasilkan oleh DPR sesuai dengan asas keadilan, tanggung jawab, transparan dan memenuhi kebutuhan masyarakat umum.

Di sinilah aspek strategis DPR sebagai badan legislative di dalam sistem pemerintahan demokratis. Menjadi anggota DPR tentunya memiliki kewajiban untuk membela kepentingan rakyat. Makanya, setiap anggota DPR tentu  di dalam tubuhnya harus mengalir pertanggungjawaban untuk membela rakyat. Sering saya nyatakan bahwa ketika seseorang sudah menjadi wakil rakyat, maka loyalitasnya tentu harus kepada rakyat. Bukan kepada partainya saja atau kemlompoknya saja,  akan tetapi kepada rakyat secara umum, sesuai dengan tanggungjawab dan tupoksinya.

Di dalam perannya untuk menghasilkan UU atau peraturan lainnya, maka harus mempertimbangkan terhadap kepentingan rakyat. Satu contoh yang sangat mengedepan tentang liberalisasi ekonomi, maka anggota DPR mestinya memiliki kepekaan untuk mencermati dan membahasnya. Liberalisasi ekonomi yang ditandai dengan privatisasi, deregulasi dan liberalisasi ekonomi sudah saatnya dikritisi.

Bayangkan saja misalnya kepemilikan Bank bisa dikuasai oleh asing sampai 90%, sehingga total asset Bank itu menjadi milik asing. Melalui privatisasi usaha-usaha yang seharusnya dikuasai negara untuk kepentingan umum, maka kepentingan pengusaha menjadi jauh lebih kuat. Akibatnya, kepentingan umum menjadi terbengkelai.

Di sinilah sekali lagi DPR tentu harus memiliki kepekaan, yaitu membela kepentingan umum atau kepentingan rakyat yang memang menjadi tanggung jawabnya.  Tanggung jawab moral ini seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua tindakan anggota DPR. Sering terdapat kritikan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPR selalu bernuansa politis. Artinya lebih merupakan tindakan politis ketimbang tindakan membela kepentingan negara secara umum. Jika DPR melakukan kritik dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah juga dianggap sebagai tindakan oposisi untuk membangun  bargaining power.

Di dalam kasus Bank Century, misalnya maka yang mengedepan adalah tindakan politik DPR untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah yang melakukan bail out terhadap Bank Century dan hal ini kemudian dimaknai oleh masyarakat bukan sebagai tindakan korektif DPR kepada kebijakan pemerintah, akan tetapi sebagai bargaining power kepada pemerintah.

DPR tentu harus memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, akan tetapi bagaimana menjadikan tindakan pengawasan itu memiliki nuansa politik yang  jauh lebih kecil ketimbang nuasa kerakyatannya tentu menjadi kewajiban DPR untuk melakukannya.

Ketika Kenyataan Tidak Sesuai dengan Harapan



Kehidupan selalu mengalir seperti sungai diantara 2 tepian. Alirannya mengalir begitu deras melewati bebatuan terjal dan air terjun yang bergelora. Lalu sang sungai perlahan- lahan melebar dan meluas, hingga tepiannya semakin menjauh serta air yang mengalir lebih tenang dan akhirnya menuju ke lautan yang luas.Itulah perjalanan hidup kita. Rangkaian kegagalan dan kesuksesan, penderitaan dan kebahagiaan. Semuanya selalu mengalir beriringan dan merupakan rangkaian peristiwa dalam setiap episode kehidupan yang terus mengalir, sampai akhirnya bertemu dengan muara kehidupan (menghadap Allah swt).

Dalam menempuh perjalanan hidup, manusia tidak akan pernah luput dari kemenangan dan kekalahan. Kebahagiaan dan kesedihan. Semuanya silih berganti bagaikan roda kehidupan yang selalu berputar, kadang berada di atas dan kadang di bawah. Namun jika kita menjalani hidup ini dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan penuh rasa syukur, maka kita tidak akan pernah mengalami SAAT DI BAWAH, karena kita akan tetap merasa senang dan nyaman dimanapun posisi kita berada.

Jalanilah hidup ini seperti air yang terus mengalir melewati bebatuan yang terjal dan mengarungi air terjun yang bergelora. Tidak selamanya kemenangan itu indah dan tidak selamanya pula kekalahan itu menyedihkan. Saat kita menang, namun kemenangan itu justru membawa kita pada kesombongan. Maka sesungguhnya kita berada dalam KEKALAHAN YANG LUAR BIASA. Begitu pula sebaliknya, saat kita sedang kalah namun kita mempunyai semangat yang tinggi untuk bangkit, maka pada saat itu pula kita telah menjadi PEMENANG YANG SEBENARNYA.

Banyak hal yang kelihatan begitu indah dan semuanya telah kita rencanakan. Namun kadang rencana itu sama sekali tidak ada yang terwujud. “Saat HARAPAN tidak sesuai dengan KENYATAAN”. Karena Allah tahu, bahwa itu bukanlah yang terbaik untuk kita, kemudian Ia mengganti rencana kita dengan rencanaNya yang jauh lebih sempurna. Allah pun berfirman: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al Baqarah 216).

Kita pun akan tersenyum dan menyadari, bahwa ternyata kegagalan dan kesalahan yang pernah kita lakukan pada masa lalu menjadi mutiara pelajaran yang sangat berharga sebagai bekal dalam mengarungi masa depan. Adanya kegagalan dan cobaan yang menghadang bukan untuk membuat kita berpaling dariNya. Namun untuk lebih mendekatkan diri kita kepadaNya. Karena Allah rindu dengan doa orang- orang yang beriman. Rosulullah pun bersabda: Apabila Allah menyenangi hamba maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendahan dirinya). (HR. Al-Baihaqi).

Adanya rasa khawatir dan cemas bukan untuk membuat kita menjadi orang- orang yang penakut dan mudah menyerah, tapi untuk membuat kita menjadi orang- orang yang selalu SIAP dan WASPADA dengan perbuatan yang akan kita lakukan. Hidup adalah anugrah terindah. Sungguh begitu banyak waktu yang terbuang apabila kita hanya mengeluh, bersedih, dan larut dalam keterpurukan. “After a storm comes a calm”. Badai pastilah berlalu, Yakinlah bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan atau jalan keluar yang begitu dekat. Allah pun berfirman: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 6).

Oleh sebab itu, apapun yang terjadi kita harus yakin bahwa itu hanyalah salah satu sisi dari kehidupan. Dengan diimbangi sikap untuk selalu BERBENAH DIRI dan senantiasa BERUSAHA serta BERDOA, maka kita pasti akan mendapatkan yang terbaik. Segala sesuatu itu ada masanya. Ada saat dimana kita harus berusaha keras untuk ‘menanam’, dan akan tiba pula saat bagi kita untuk ‘memetik’ jerih payah yang telah kita lakukan.

Lantas, Bagaimana dengan Anda..? Anda bangkit dari keterpurukan setelah Anda gagal melakukan Apa yang terbaik dalam hidup ini.? “Hai orang- orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar”. (Q.S Al Baqarah: 153). "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal (Q.S At Taubah: 129).



Kemana Hilangnya Rasa Empati Sesama Manusia



Seiring dengan arus modernisasi dan globalisasi yang masuk dalam kehidupan kita saat ini, termasuk serangan pengaruh budaya barat yang begitu sedemikian dahsyatnya menerpa generasi muda kita, yang dampaknya tidaknya di kota metropolitan saja, namun sudah sampai ke daerah-daerah nusantara pelosok, yang sudah tidak mampu lagi dibendung oleh pemerintah kita yang menyebabkan, perubahan yang sangat mendasar pada tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Ini menimbulkan pengaruh yang luar biasa terhadap budaya yang selama ini dijunjung tinggi oleh bangsa ini, yakni budaya saling berbagi, tolong-menolong, kebersamaan bergotong-royong yang menjadi alat pemersatu kebhinekaan negara tercinta ini, seiring berjalannya waktu  telah berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi menjadi sifat-sifat egoistis, individualistik dan sifat masa bodoh serta tidak mau lagi peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, baik itu tetangga, sahabat karib, termasuk keluarganya sendiri, dan ini sangat membahayakan jika generasi muda kita memiliki sifat dan kepribadian seperti ini.

Mengapa itu bisa terjadi? Banyak orang yang kurang memiliki rasa peduli, akhirnya mereka hanya mementingkan diri sendiri dan menjadi apatis. Hal ini sangat tidak baik, karena bisa menimbulkan banyak dampak negatif. Akan berakibat pada kerusakan moral. Sebagai contoh, salah satu penyebab rusaknya negara ini adalah korupsi. Dan korupsi sendiri disebabkan karena para koruptor tidak memiliki rasa peduli pada rakyat, sehingga dia tega memakan uang rakyat.

Contoh, hilangnya rasa tolong-menolong antar sesama. Kemiskinan dan kebodohan yang semakin merajalela, itu semua karena sikap mereka tidak peduli, tidak mau berbagi ilmu dan pengalaman. Kemiskinan dan kebodohan sebenarnya mampu diatasi secara perlahan-lahan, jika seluruh masyarakat sama-sama mau bergotong-royong, bersama-sama seluruh elemen baik lembaga sosial atau kemanusiaan dan pemerintah.

Seperti apa yang dilakukan Dompet Dhuafa bersama program-program besarnya menyangkut pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan. Apa yang direalisasikan Dompet Dhuafa bersama program-program pemberdayaannya, sebagai lembaga amil zakat sangat patut diberikan apresiasi dan seharusnya bisa dijadikan contoh oleh pemerintah dalam mengatasi problematika kehidupan masyarakat.

Dengan demikian kita harus bisa meningkatkan rasa peduli kita, Apalagi sekitar 1 bulan lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, menjadi momentum yang sangat baik untuk kita memperbaiki diri, menumbuhkan rasa saling peduli, berbagi, bergotong-royong. Meningkatkan rasa peduli itu tidak sulit, kita hanya harus bisa saling memberi, berbagi, menjaga, mengerti, dan saling menyayangi. Dengan demikian melakukan hal demikian kita mulai bisa menumbuhkan rasa peduli kita. Rasa peduli bisa kita pisa menjadi 2, yaitu peduli pada sesama manusia dan peduli pada lingkungan. Semuanya memberikan hal-hal positif.

Bagaimana cara menumbuhkan menumbuhkan kepekaan untuk saling berbagi, peduli, dan empati? Pertama, tumbuhkan sikap positif dalam diri kita. Insya Allah dengan kita selalu berbaik sangka terhadap seseorang, akan mempermudah kita semakin mendekat pada rasa kasih sayang dan kepedulian. Tidak hanya itu, kita juga mampu mengurangi sifat egois kita. Selain itu, kita bisa ikut merasakan penderitaan orang lain sehingga kita bisa mengerti keadaan orang lain.

 Kedua, mengurangi beban dan penderitaan orang lain, jika kita biasakan sifat dan prilaku ini dalam diri kita, secara tidak langsung kita membuat orang lain membuat orang lain menjadi bahagia, karena kepedulian kita padanya, sehingga timbul hubungan yang harmonis semakin harmonis.

Empati dapat menjadi kunci menaikkan integritas dan kedalaman hubungan dengan orang lain. Semakin kita dekat dan merasakan kesusahan atau penderitaan yang dialami orang lain, maka kita akan semakin mengerti dan menyadari betapa berartinya hidup kita. Mungkin kita akan merasa lebih beruntung karena tidak sampai mengalami penderitaan yang demikian.

Semoga kita memiliki kepekaan sosial, rasa peduli dan empati yang tinggi sehingga hati kita akan tergerak untuk turut membantu meringankan penderitaan orang lain dengan berbagai macam wujud bantuan yang bisa kita berikan. Tak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja, apalagi sampai merampas hak orang lain yang sebenarnya bukan milik kita.


Istimewanya Mengagumi Keindahan Hati


              Memiliki wajah bercahaya adalah keinginan dari semua wanita. Wajah bercahaya bukan berarti harus berwajah cantik. banyak wanita yang memiliki wajah cantik, tetapi tidak sedap dipandang mata. sebaliknya banyak wanita yang memilki wajah yang biasa saja, tetapi terlihat menarik di mata orang lain. Bentuk wajah, warna kulit dalam batas tertentu memang meberikan keindahan. tetapi, telah terbukti ada hal lain yang membuat seseorangan menjadi indah. kita bisa membagi keindahan batin dan keindahan lahir. keindahan batin adalah zat yang dicintai, seperti keindahan ilmu, akal, kemurahan hati, keberanian, ksatria dan lain-lainnya.

Apa itu keindahan? kita tidak bisa mengetahui arti keindahan, samapai kita dapat mengagumi keindahan itu sendiri dan mengagumi yang menciptakan keindahan. ada yang berpendapat, keindahan adalah keserasian ciptaan, harmoni dan keselarasanya. ada juga yang memiliki keserasian, tetapi belum bisa disebut indah. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan itu terangkum dalam beberapa hal seperti keceriaan, keelokan, kebagusan bentuk dan kelembutan.

Dari beberapa definisi keindahan di atas bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan untuk mensifatinya. Rasulullah saw berada di tataran tertinggi dalam hal keindahan. suatu kali, Aisyah memandangi beliau lalu tersenyum sendiri. “Mengapa engkau tersenyum begitu?” tanya beliau .Aisyah menjawab, “Abu Bakar Al-Hudzaliy pernah mensifati dalam syair, Dialah penyembuh wanita yang mengalami kelainan Obat mujarab bagi wanita yang sedang menyusui Andaikan kau lihat gurat-gurat dikeningnya Tentu disana dapat dilihat sinar berkilauan.

Ada sebagian sahabat berpapasan dengan seorang rahib. lalu berkata, “Sebutlah ciri-ciri Muhammad kepadaku karena seakan-akan aku bisa melihatnya di dalam taurat dan injil.” Sahabat itu menjawab, “Beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula pendek di atas rata-rata. warna kulitnya putih bersih kemerah-merahan, rambutnya tidak keriting dan tidak pula kaku, rambutnya berjuntai hingga menyentuh daun telinga, keningnya kuat, pipinya lebar, matanya hitam dan lebar, hidungnya mancung, gigi-giginya kokoh, lehernya seaka-akan kendi yang terbuat dari perak, wajahnya seperti rembulan”

Setelah mendengarnya, rahib itu pun masuk Islam. dengan keadaan dan rupa seperti itu beliau masih di anugrahi cinta dan karisma. siapa pun yang memandangnya tentu akan mencintai dan enggan terhadap beliau. Allah terlalu merangkum urut-urutan keindahan lahir maupun batin, Beliau adalah makhluk Allah yang paling indah, ciptaan maupun aklaqnya dan rupa maupun perangainya.

Keadaan RAsulullah mempunyai keindahan seperti keadaan Nabi Yusuf as keindahan Nabi Yusuf as terlihat pada saat penolakan terhadap istri tuannya yang terpesona akan keindahan lahirnya, dan saat itu keindahan Nabi Yusuf lebih indah dari lahirnya yang selalu menjaga kehormatan diri dan menghindari hal-hal yang hina. Allah SWT memberi keindahan lahir mereka dan wajah yang jernih dan membaguskan batin mereka dengan kegembiraan, seperti firman Allah: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada rabNya mereka melihat.” (Al-Qiyamah:22-23). Allah menghiasi lahir langit dengan bintang-bintang dan menghiasi batinnya denga memelihara-Nya dari gangguan setan. Ayat lain yang serupa sebagai berikut: “Berbekalah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah:197)

Allah menyebutkan bekal lahir dan bekal batin. ini merupakan hiasa batin dalam Al-Quran yang dikaitkan dengan hiasan lahir. firman ini ditunjukan kepada Adam sebagai berikut:“Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang dan sesungguhnya kamu tidak akan mersa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari di dalamnya.” (Thaha:118-119)

Aisya Radhuyallahu Anhu berkata, “Kulit yang berwarna putih itu separuh dari keindahan”. Ada empat bagian yang menentukan keindahan di wanita karena bentuknya panjang, yaiut tangan dan kaki, perawakan, rambut dan lehernya, kekurangan diri wanita terletak di empat bagian, yaiut pada kaki, tangan, lidah dan matanya. Seorang wanita tidak boleh membelanjakan apa yang ada dalam rumah suaminya, tidak boleh keluar tanpa seizin suami serta tidak boleh mengumbar lidah (menjaga lisan) dan pandangannya.


            

Bolehkah lebih Mencintai Umat-Nya dari pada Pencipta-Nya




Sudah tak heran apabila sering sekali kita lihat banyak orang” di luar sana yang berpasangan sangatlah mencintai pasangannya menghalalkan segala hal demi membahagiakan pasangannya, belakangan ini terjadi satu kasus seorang laki - laki rela mencuri handphone millik orang hanya untuk membeli tiket untuk menonton bola bersama pasangannya. Bahkan ia tak peduli apa yg akan ia alami setelah ia melakukan hal bodoh seperti itu. Mencintai pasangan tidaklah salah, namun sangat mencintai pasangan anda merupakan hal yang salah, sehingga melupakan rasa cinta kepada orang tua dan sang Pencipta.

Cinta tak perlu diumbar, cukup memendam rasa cinta itu dan mengungkapkannya ketika sudah siap melangkah lebih jauh, dengan dia yang telah dipilih, seperti kisah cinta antara Ali Radhiyallahuanhum dan istrinya Fatimah.Cinta adalah perasaan indah yang diciptakan Allah SWT kepada setiap makhluknya. Dengan cinta kaum Adam dan Hawa dapat bersatu. Tapi apakah cinta harus diumbar-umbar? Mengumbar cinta tanpa malu dengan orang di sekelilingmu

Sering sekali para remaja mengumbar cinta di media sosial, tempat di mana siapa saja bisa melihatnya. Padahal mengumbar cinta tidaklah baik, cukup dengan memendam rasa cinta itu. banyak orang bilang jika terus-menerus memendam rasa cinta maka cinta itu akan membusuk, tapi nyatanya tidak, buktinya Ali dan Fatimah menjadi pasangan bahagia karena menyembunyikan perasaan itu sampai pada akhirnya perasaan itu terungkap pada saat mereka sudah terjalin ikatan yang suci,

Mencintai dalam diam adalah bukti bahwa kalian ingin memuliakan diri dan hati. Tetapi jika ingin mengumbarnya, umbarlah kepada sang pencipta rasa cinta itu. DIA adalah tempat paling tepat untuk mengungkapkan segala rasa yang kita rasakanMengumbar cinta atau mendekatkan diri dengan-Nya bisa menjadikan mencintai seseorang yang ada di hati menjadi mencintai karena Allah, ‘Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan tidak memberi karena Allah. Maka ia sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan iman’.

Dengan mencintai seseorang karena Allah kalian tidak akan mencintai seseorang itu dengan cara yang berlebihan sebab Allah dan Nabi sangat tidak menyukai sifat yang berlebihan termasuk berlebihan dalam mencintai.

Sebaiknya mencintai dilihat dari kesantunannya, ketaatan ibadahnya, dan kecekatan kerjanya seperti Ali mencintai Fatimah. Pantaskan dirimu agar kalian mendapatkan seseorang yang pantas memilikimu. sebab jodohmu adalah cerminan dirimu. Semoga kita berada di jalan yang benar dalam mencintai seseorang.